Jumat, Februari 06, 2015

Empat Dinding Penghalang Manusia

Renungan

Seorang laki-laki bertanya kepada Ja'far Ash-Shadiq tentang "Allah".
Ja'far menjawab, "Pernahkah Anda berlayar di laut?"
"Pernah," jawab orang itu.
Ja'far meneruskan, "Pernahkah kapal Anda ketika berada di tengah laut diserang angin topan?"
"Pernah," jawabnya.
Lalu Ja'far melanjutkan, "Ketika hal itu terjadi, tentunya Anda tidak menaruh lagi harapan pada para anak buah kapal bahwa mereka akan dapat menolong Anda dari bencana; segala jalan yang dapat membawa keselamatan terputus, bukan?"
"BENAR", kata orang itu.
Ja'far berkata, "Apakah di saat itu terlintas pikiran dan ada perasaan dalam hati Anda, bahwa ada Dzat yg dapat menyelamatkan Anda, bila Dia berkehendak?"
"Memang benar, demikianlah yang terlintas dalam pikiran dan yang saya yakini dengan sebenarnya," kata orang itu.
"Nah," kata Ja'far, "Itulah Dia, ALLAH."

Fitrah naluri insaniah merupakan indikator yang mengacu pada Eksistensi (keberadaan) Allah. Makin sehat naluri seseorang dan makin bersih jiwanya, maka makin tipis pula dinding yang menghalangi untuk makrifat kepada Tuhan dan makin terbuka hatinya. Dia akan merasa bahwa keberadaan Allah menggenangi segenap penjuru dirinya.

Mungkin ada yang bertanya: "Apabila bukti yang menunjukkan akan eksistensi Allah sudah jelas, kuat dan banyak, mengapa kita masih menemukan orang-orang yang INGKAR akan adanya Allah yang dengan congkaknya mengatakan : Hidup ini hanyalah di dunia, kita mati (bila jantung kita berhenti berdetak). Tiada yg dapat mematikan, selain waktu."
Jawabnya: "Pada diri manusia terdapat beberapa dinding yang tebal, yang menghalanginya untuk dapat makrifat kepada Allah dan beriman. Dinding-dinding itu adalah hasil ulah manusia itu sendiri, bukan naluri insaniah."

Dinding-dinding itu adalah :
1. Pengungkungan diri dalam lingkup kebendaan dan keindraan.
2. Kelengahan.
3. Taklid (sikap meniru tanpa berpikir).
4. Sikap keras kepala dan menentang.

Penjelasan :

1. Dinding pertama.
Orang-orang yang mengungkung diri dalam lingkup kebendaan dan keindraan itu pada hakikatnya, tak ubahnya bagai anak kecil dalam cara berpikirnya. Mereka hanya berpikir: "Kalau Allah itu benar-benar ada, mengapa Dia tdk menampakkan diri-Nya pada kita, sehingga kita dapat melihat dan menjangkau-Nya dengan panca indra?".

Padahal sebagai orang yang beriman kita harus mengakui eksistensi Allah melalui ciptaan.

Ciptaan Allah berupa makhluk-makhluk hidup di bumi dan alam semesta adalah bukti keberadaan Allah untuk kaum yang berpikir.

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi serta segala yg diciptakan Allah?"
(Al-A'raf , 7:185)

"Dan di atas bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada perhatikan?"
(Adz-Dzariat, 51: 20-21)

2. Dinding yg kedua ialah Kelengahan.
Kelengahan menimpa sebagian orang yang mengakibatkan pikiran menjadi lumpuh, hatinya menjadi tak berperasaan, sedang daya jangkauannya akan pengetahuan menjadi non aktif. Pikiran mereka seluruhnya hanya tertuju pada nafsu mengenyangkan perut dan melampiaskan syahwat, serta hidup dalam kenikmatan, laksana hewan. Mereka itu sebagaimana difirmankan Allah SWT : "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari JIN dan MANUSIA, mereka mempunyai hati tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tdk digunakan utk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih SESAT lagi. Mereka itulah orang-orang yg lengah (lalai)."
(Al-A'raf, 7:179)

Na'udzubillahi mindzalik.

3. Dinding ketiga yang membuat manusia jauh dari Allah yaitu Taklid. Orang ber-Taklid (buta) yaitu meniru tanpa berpikir dan tidak mau belajar apakah ibadahnya sudah sesuai dengan aturan agama. Orang ini akan kehilangan kepribadiannya dan berpikir menurut orang lain. Apabila sesorang hidup di lingkungan kafir - tidak percaya kepada Allah atau berguru pada orang yg tidak percaya pada Allah - maka berarti ia menyerahkan dirinya pada lingkungan dan guru itu. Bertaklid pada nenek moyang atau leluhurnya, para pemimpin atau pembesarnya, para pengajar atau gurunya, tanpa belajar. Taklid ini tembok penghalang manusia untuk beriman pada kebenaran. Lihat Q.S. Al-Baqarah ayat 170-171 tentang orang yang ber-Taklid buta.

4. Dinding yg keempat yaitu dinding yang paling tebal dan padat yang diwujudkan dalam bentuk keras kepala dan menentang.
Orang yang keras kepala menentang kebenaran dan tidak suka menerima kebenaran, baik datang dari hati nurani, alam semesta, dan wahyu berupa Al-Qur'an sebagai sumber kebenaran. Semua itu tidak dapat memuaskannya atau membuka hati mereka. Mereka menyumbat telinganya agar tidak mendengar suara kebenaran, menutup mata agar tidak dapat melihat cahaya kebenaran dan mengunci rapat pintu hatinya untuk mencegah pancaran HIDAYAH atau tuntunan dan bimbingan Illahi yang menembus. Mereka saling membantah hanya untuk mengacaukan, tidak untuk mencari kebenaran. Mereka egois, hanya ingin menang. Karakter manusia ini diungkapkan dalam Al-Qur'an: "Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan kitab (wahyu) yang bercahaya. (Ia berbantah) dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah."
(Q.S. Al-Hajj 22: 8-9)

Saudara-saudaraku seiman, itulah keempat dinding penghalang yang menjauhkan manusia dari jalan Allah untuk mencari kebenaran. Semoga hati kita terbebas dari dinding-dinding penghalang itu sehingga kita menjadi orang-orang beriman yang selalu berzikir kepada Allah SWT. Aamiin yaa robbal'alamiin...

-share dari forum Pengajian-

Referensi:
Buku "Wujudullah Eksistensi Allah" oleh Dr. YUSUF Al'QARDHAWI.

1 komentar:

Riffi Amalsyah mengatakan...

Mohon koreksi apabila ada kekeliruan dalam mengutip.

Terima kasih.