Jumat, Agustus 21, 2015

Tulus Ikhlas

Sobat!
Siapa yang tidak tahu pentingnya keikhlasan dalam amal ibadah anda? Betapa sering kita mendengar bahkan kita mengucapkan: saya ikhlas melakukan ini, atau itu, saya ikhlas memberi ini dan itu, atau saya tulus melakukan ini dan itu untuk anda. 

Sobat!
Pernahkah Anda merenungkan makna mengucapkan "saya ikhlas" atau "saya tulus"? Andai benar-benar tulus dan ikhlas, untuk apa ketulusan dan keikhlasan diucapkan, bahkan diceritakan ke sana dan kemari?

Andai benar-benar ikhlas, mengapa ada rasa gembira di saat dipuji dan sebaliknya tersinggung ketika ditolak atau dimaki?

Sobat! Ketahuilah, sejatinya orang yang benar-benar ikhlas adalah orang yang tidak berubah sikap atau perasaan ketika dipuji atau dimaki. Pujian dan makian sesama manusia bagi orang yang ikhlas tiada bedanya, bahkan mereka lebih suka menyembunyikan amalannya dibanding menampakkannya. 

Demikianlah paling kurang gambaran tentang keihlasan yang dapat kita simpulkan dari hadits berikut:

"Di antara orang yang mendapat jaminan akan dinaungi di bawah Arasy Allah kelak di hari qiyamah ialah: Lelaki yang menyedekahkan sebagian hartanya, lalu ia merahasiakan sedekahnya sampai sampai tangan kirinya tiada mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Dan orang yang berdzikir mengingat Allah di tempat sunyi, lalu kedua air matanya berlinang menangis."
(Muttafaqun 'alaih) 

Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, Lc, MA

Catatan :

Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdir Rahman Muadz bin Jabal ra, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, 
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.”

(H.R. Tirmidzi, dan beliau berkata hadits hasan Shahih dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Tidak ada komentar: