Rabu, Juni 27, 2012

Air Mata Kerinduan untuk Mamah

Mamah...

Dua minggu sudah berlalu sejak kepergian Mamah...
Tapi entah mengapa,
air mata ini tak mampu kubendung...
setiap aku mengingat Mamah...
bahkan hanya melihat foto Mamah saja...
hati ini kembali menangis mengingat Mamah...

Mamah...
Maafkan aku...
Bukan aku tak ikhlas...
Kata Ustadz,
jangan bersedih mengeluarkan air mata sampai batas 3 hari...
karena itu akan menyiksa Mamah di kubur sana...
Tapi sungguh sulit, Mamah...
Meski selalu kukirimkan Al-Fathihah untuk Mamah...
meski selalu kubacakan Al-Qur'an untuk Mamah...
meski selalu kulantunkan Sholawat untuk junjungan kita Rasulullah SAW...
Namun dada ini masih terasa sesak mengingatmu, Mamah...
air mata ini selalu tak dapat kutahan...
mengalir diiringi kepedihan hatiku mengingat Mamah...
karena masih belum sempat kurawat Mamah dengan sepuas hatiku...
karena Mamah tidak sempat sakit lama dan parah...
karena Mamah begitu tiba-tiba pergi meninggalkan kami semua...

Aku merasa sedih karena belum sempat kupeluk Mamah erat-erat untuk yang terakhir kali...
belum sempat aku mencium pipi Mamah sebelum Mamah meninggalkan dunia ini...
Aku hanya sempat memeluk Mamah saat Mamah sudah dimandikan...
Aku hanya sempat mencium Mamah saat Mamah sudah dibungkus kain kafan...

Mamah...
Dukaku teramat dalam...
Kalau aku hanya mengingat Mamah saja,
ingin rasanya aku tidak ingin kemana-mana,
ingin rasanya aku hanya di rumah saja sepanjang hari dan berdoa untuk Mamah...
Namun selama itu pula,
aku selalu menangis sambil berdoa,
air mataku selalu berderai dalam setiap sholatku...
air mataku tak hentinya menetes dalam setiap sujudku...

Itulah sebabnya mengapa kini Abang selalu mengajakku kemana-mana,
dan berusaha membuatku sibuk dengan kegiatan yang dapat membuatku sejenak tidak sedih merindukan Mamah...
Itulah sebabnya mengapa kini aku berusaha kembali menghadapi duniaku,
agar aku juga dapat menunjukkan kepada Mamah,
bahwa aku berusaha tegar seperti Mamah...
bahwa aku dapat kuat dan bertahan menghadapi segala cobaan Allah seperti Mamah...
bahwa aku selalu optimis menatap masa depan ini seperti yang selalu Mamah lakukan...

Mamah Sayang...
Bukan aku tak ikhlas atas kepergianmu, Mamah...
Maafkan aku...
Namun mengapa begitu berat aku menahan curahan air mata ini...
setiap mengingat Mamah...
setiap melihat foto Mamah...
setiap kucium baju Mamah yang kuambil dari kamar Mamah...
yang serasa masih ada bau wangi Mamah di situ...

Yaa Allah...
Ampunilah hamba...
yang selalu menangisi kepergian Mamah menghadap-Mu...
Mohon sampaikan salam rindu dan cintaku untuk Mamah...
Aku mohon jagalah Mamah...
Mohon lindungi Mamah...
Mohon pertemukan aku dengan Mamah kelak di Surga-Mu...

Mamah...
Tunggu aku di sana, ya Mah...
Anak Mamah yang selalu menyayangi Mamah...
yang selalu mengagumi ketegaran Mamah...
yang selalu berusaha meniru kesabaran Mamah...
yang selalu bangga akan kehebatan Mamah...

Innalillahi wa inna illaihi roji'un...

Rindu untuk Mamah

Mamah yang tercinta...

Seandainya ada pertanyaan untuk kami, "Apa satu hal yang tidak pernah kami sesali dalam hidup ini..?"

Kami akan mengatakan bahwa, "Kami tidak pernah akan menyesali telah terlahir dari rahim seorang Wanita sehebat Mamah..."

Karena Mamah lah kami telah menjadi anak-anak yang mandiri seperti sekarang ini...
anak-anak yang berusaha tegar seperti Mamah...

Mamah sudah rela menukarkan air mata Mamah utk kebahagiaan kami anak-anakmu...
Mamah rela menderita demi mencari jalan menuju bahagia untuk kami...
Mamah selalu jadi sosok Ibu yang penuh kasih kepada siapa pun juga...

Selamat Jalan, Mamah... Selamat tidur panjang untuk menunggu waktu menghadap Sang Khalik...
yang sudah menanti Mamah dengan janji Surga-Nya yang sangat indah...
yang Mamah sudah lihat gambarannya saat Malaikat menjemput Mamah...
sehingga Mamah menghadapinya dengan senyum dan wajah kembali muda yang Mamah pancarkan...

Tiada kata yang dapat kami ucapkan selain hanya doa dan ucapan terima kasih untuk Mamah...
Mohon maafkan kami semua, Mamah...
Andai kami tahu Mamah akan pergi meninggalkan kami untuk selamanya, pastilah kami akan menunggui Mamah sepanjang hari itu di rumah...

Tapi penyesalan tidak boleh kami lakukan...
karena batas usia dan waktu kematian hanyalah rahasia Allah...
dan karena Allah Swt ternyata lebih menyayangi Mamah...
maka kami harus ikhlas...
karena Mamah pergi dengan senyuman...
setelah sebelumnya Mamah mengambil air wudhu untuk sholat Ashar...
lalu Mamah keluar dan duduk di sofa karena merasa sesak nafas...
namun Mamah sempat mengucap kalimat "Laa ilaaha illallaah, Muhammadarrosulullaah..."
dengan diakhiri hembusan nafas Mamah yang terakhir...
tanpa terlihat wajah kesakitan...
hanya wajah damai dan senyuman di wajah Mamah yang seperti tertidur dalam lelap yang melenakan...

Semoga khusnul khotimah, Mamah...
Doa kami selalu mengiringi Mamah sepanjang sisa usia kami...
dan penuh harapan agar kelak kita dapat bertemu kembali...
agar kita dapat berpelukan dan bercanda bersama lagi...
di Surga-Nya yang indah...

Aamiin...

Cijantung, Jakarta, 2 Juni 2012